Terasikip.com – Rekomendasi Buku Sejarah Kemerdekaan Indonesia. 17 Agustus selalu disambut meriah di berbagai kota di Indonesia. Mulai dari upacara kemerdekaan yang dilakukan secara serentak di seluruh Indonesia, lomba-lomba agustusan, hingga parade unik nan kreatif di berbagai daerah.
Merayakan kemerdekaan dapat dilakukan dengan beragam bentuk. Salah satu hal yang bisa kamu lakukan dalam merayakan kemerdekaan adalah membaca buku. Membaca buku seputar kemerdekaan akan membawamu mengerti dan memaknai sejarah kemerdekaan.
Berikut rekomendasi buku sejarah kemerdekaan Indonesia.
Max Havelar “Multatuli”
Buku Max Havelar mungkin tak asing bagi orang-orang yang suka membaca buku tentang sejarah. Apalagi buku Max Havelar juga sering disebut dalam buku teks pelajaran sejarah di sekolah.
Buku Max Havelar merupakan karya Eduard Douwes Dekker atau sering disebut juga Multatuli. Buku yang pertama kali terbit pada tahun 1860 di Belanda ini menceritakan tentang tokoh bernama Max Havelaar, seorang asisten Residen di Lebak, Banten. Dia banyak melihat penduduk yang menjadi korban tindak kesewenang-wenangan pimpinan Bumiputera atau orang pribumi, terutama oleh Bupati Lebak saat menjabat sebagai Asisten Residen.
Kesewenang-wenangan itu dilakukan Bupati Lebak dengan merampas atau membeli dengan harga murah sawah dan ternak warga. Akan tetapi, kejadian tersebut dibiarkan saja oleh Residen Banten yang merupakan orang Belanda. Residen Banten saat itu memberikan laporan yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat sebenarnya kepada Gubernur Jendral Hindia-Belanda. Laporan itu menyebutkan bahwa tak ada penindasan yang terjadi di Lebak.
Buku ini sempat menjadi perbincangan dan menggegerkan negeri Belanda karena telah membongkar praktik-praktik kejam kolonialisme.
Tetralogi Pulau Buru “Pramoedya Ananta Toer”
Tetralogi Pulau Buru merupakan karya Pramoedya Ananta Toer yang fenomenal. Karya-karya Pram kerap menjadi bahan bacaan bagi para penikmat sastra. Salah satunya adalah Tetralogi Pulau Buru.
Tetralogi Pulau Buru terdiri dari 4 jilid yaitu Bumi manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Sebutan tetralogi muncul karena Pram menyelesaikan keempat buku tersebut ketika sedang mengalami penahanan di Pulau Buru tahun 1965-1979.
Buku tersebut mengungkapkan cerita tentang sejarah terbentuknya Nasionalisme Indonesia pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke-20. Dimana saat itu sedang terjadi politik etis dan mulai tumbuhnya organisasi-organisasi modern sebagai periode terbentuknya Kebangkitan Nasional.
Tetralogi Pulau Buru pernah dilarang peredaraannya oleh Pemerintah Orde Baru karena dianggap mempropagandakan ajaran atau paham Marxisme, Lenimisme, dan Komunisme.
Nasionalisme dan Revolusi Indonesia “George McTurnan Kahin”
Buku Nasionalisme dan Revolusi Indonesia merupakan karya sejarah George McTurnan Kahin. Buku ini merekam peristiwa-peristiwa sejarah di Indonesia dalam kurun periode 1948 hingga 1949.
Buku ini diterbitkan pada tahun 1952 dan segera dikenali oleh pembaca sebagai karya akademik dan perintis sejarah revolusi. Terdapat uraian penting dan kompreherensif yang berkontribusi besar bagi pengetahuan mengenai berbagai topik yang berkaitan dengan transisi Negara Kolonial ke Negara Republik Indonesia.
Buku ini juga berhasil memotret pergulatan politik dalam drama revolusi Indonesia dengan memaparkan informasi detail tentang elemen-elemen pergerakan revolusioner, seperti perjanjian-perjanjian politis, agresi militer/peperangan dan organisasi/partai politik. Dan juga pertentangan antara golongan masyarakat (tua-muda, pribumi-cina-kolonial, komunis-keagaaman).
Pada akhir buku, George Kahin berharap di masa mendatang rakyat (sekaligus pemimpin) Indonesia dapat meninggalkan tradisi feodalistik untuk mewujudkan sebuah republik yang demokratis.
Revolusi Pemuda “Benedict Anderson”
Buku Revolusi Pemoeda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946 karya Benedict Anderson menganalisis secara intensif dan rinci asal mula revolusi Indonesia dengan mengungkapkan ciri-ciri penting yang tidak begitu tampak dalam uraian mengenai revolusi-revolusi modern lainnya.
Buku ini menyoroti sinergi dan strategi para pemuda yang menyebarkan semangat perjuangan kemerdekaan. Semangat kemerdekaan tersebut secara tidak langsung tumbuh ketika kaum muda Indonesia dididik untuk membantu Jepang melawan sekutu. Salah satu momen yang cukup krusial mengenai peran pemuda adalah ketika mereka memaksa Sukarno dan Hatta agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dalam insiden Rengasdengklok.
Runtuhnya Hindia-Belanda “Onghokham”
Buku Runtuhnya Hindia-Belanda karya Onghokham merupakan skripsi saat ia menjadi menjadi mahasiswa sejarah di Universitas Indonesia. Buku menggunakan paradigma historiografi kolonial atau dengan kata lain penulisan sejarah dalam buku ini dilihat dari sudut padang nederlandocentris.
Buku ini secara garis besar memaparkan bagaimana proses runtuhnya Hindia Belanda. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan keruntuhan tersebut. Pertama, yaitu faktor internal. Sikap pemerintah kolonial yang terlalu melihat ke dalam dan terlena terhadap kejayaan masa. Kedua, pasukan militer Jepang yang kuat dan besar. Ketiga, buruknya koordinasi antara Belanda dengan sekutu sehingga mengakibatkan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda harus melepaskan tanah Jawa yang pada saat itu diklaim sebagai benteng terakhir kekuasaannya.
Leave a Reply