Terasikip.com – Pu Nala Bangsawan Majapahit yang Namanya Abadi Hingga Kini. Mungkin tak banyak orang tahu tentang sejarah Pu Nala karena sedikitnya literatur sejarah yang menyebutkan nama ini. Beberapa orang bertanya-tanya, bagaimana ketidak-populeran nama tersebut dijadikan sebagai nama atau simbol institusi seperti institusi pendidikan hingga kemiliteran.
Dalam institusi pendidikan misalnya, terdapat sekolah dengan nama pu nala yaitu SMA Taruna Nala, sementara di institusi militer nama Pu Nala bahkan dijadikan sebagai nama Batalion. Tidak hanya itu saja nama Pu Nala juga dijadikan sebagai nama jalan, perahu, hotel, hingga nama produk. Lalu siapakah Pu Nala? Dan bagaimana peran dia sehingga namanya diabadikan sampai saat ini?.
Pu Nala merupakan salah satu bangsawan Majapahit pada masa pemerintahan Tribhuwanotunggadewi dan Hayam Wuruk yang punya pengaruh besar dalam kemajuan kerajaan. Pu Nala juga turut andil dalam pemerintahan majapahit, baik dalam proses berjalannya pemerintahan, ekspedisi, hingga ekspansi. Bahkan setelah Gajah Mada meninggal pada tahun 1286 Ś/1364 M, Pu Nala yang merupakan Rakryan Tumenggung bertugas sebagai Panglima Kerajaan, bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan kerajaan (Muljana, 1976).
Kemudian Pu Nala ditunjuk oleh Hayam Wuruk untuk menggantikan peranan Gajah Mada dalam bidang Mancanagara atau Menteri Luar Negeri yang bertugas mengelola hubungan dengan daerah-daerah kekuasaan Majapahit di luar Jawa Timur (Nusantara) (Munandar, 2010). Menurut catatan sejarah, nama Pu Nala disebut dalam masa pemerintahan Tribhuwanotunggadewi dan Hayam Wuruk pada masa Kerajaan Majapahit.
Pu Nala Bangsawan Majapahit Masa Tribhuwanotunggadewi
Pada masa pemerintahan Tribhuwanotunggadewi, Pu Nala disebut dalam prasasti Palungan (1330 M) dan Prasasti Batur.
- Prasasti Palungan
5 c. ri pakirakiran samudāya makādi rake mapatiḥ pu nāla rāke mapatih ri[ŋ] daha gajaḥ (Brandes, 1962).
Pu Nala disebut dalam Prasasti Palungan (1330 M) sebagai Rake Mapatih. Rake Mapatih yaitu menteri utama yang merupakan bagian dari Rakryan Mantri ri Pakira-kiran atau sekelompok pejabat tinggi atau dewan menteri sebagai badan pelaksana pemerintahan.
- Prasasti Batur
Pu Nala juga disebutkan dalam Prasasti Batur yang diartikan Boechari (2012:561) yaitu:
Fragmen Besar, recto: “(…….) ma ri pu saṅkhya pranāśa, rakryan tuměṅguŋ, mpu nala, sāḍurakṣaṇana ḍunigramātatpara. makapuras sa”
Pada Prasasti Batur jabatan Pu Nala menjadi Rakryan Tumenggung yang bertugas sebagai Panglima Kerajaan, serta bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan kerajaan (Muljana, 1976). Rakryan Tumenggung merupakan bagian dari Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, yang merupakan sekelompok pejabat tinggi atau dewan menteri sebagai badan pelaksana pemerintahan.
Berdasarkan kedua prasasti tersebut Pu Nala disebutkan dalam Prasasti Palungan (1330 M) sebagai Rake Mapatih. Kemudian disebutkan dalam Prasasti Batur menjadi Rakryan Tumenggung. Pu Nala merupakan Rakryan Mantri ri Pakira-kiran. Taṇḍa Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdiri dari sekelompok pejabat tinggi yang merupakan sebuah “Dewan Menteri” dan berfungsi sebagai “Badan Pelaksana Pemerintahan”. Dewan ini terdiri dari lima pejabat penting, yaitu:
- Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi, adalah menteri utama.
- Rakryan Tumĕnggung, bertugas sebagai panglima kerajaan. Bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan kerajaan.
- Rakryan Děmung, bertugas dalam mengatur rumah tangga kerajaan.
- Rakryan Rangga, merupakan wakil panglima kerajaan.
- Rakryan Kanuruhan, bertugas sebagai penghubung dan menangani tugas-tugas yang bersifat protokoler (Djafar, 1978).
Pu Nala pada Masa Hayam Wuruk
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, nama Pu Nala disebutkan dalam Prasasti Bendosari, Prasasti Sekar, dan Kakawin Nagarakrtagama.
- Prasasti Bendosari
“nuruhau pu turut, rakryan rangga pu lurukan, rakryan tumënggung pu nala, sadugopikadurjjanawi” (Brandes, 1960).
Pu Nala disebutkan dalam Prasasti Bendosari (tidak berangka tahun) sebagai Rakryan Tumenggung bertugas sebagai Panglima Kerajaan yang bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan kerajaan (Muljana, 1976).
- Prasasti Sekar
“Hamantryatmaja, rakryan rangga, pu dami, nāyawit, kuçalatareng itajña, rakryan tumenggung, pu nāla, mawasthāryya wīramaṇḍalika, raṇānggabhī” (Yamin, 1962).
Pu Nala disebutkan dalam Prasasti Sekar (1366 M) yang dipublikasikan oleh J.L.A Brandes dalam T.B.G. LIII hal 4333-434 sebagai Rakryan Tumenggung bertugas sebagai Panglima Kerajaan yang bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan kerajaan (Muljana, 1976).
- Kakawin Nagarakrtagama
“ri sahnira sakeɳ kalayw i kutugan kahenwalaris, ri khebwan agen aglis engal amgil / ri kambaɳ rawl, sudarmma sugatapratista racananya çobhah halp,anugraha nareçwara san apatih pu naladika” (Pigeaud, 1960:23).
Artinya: Perpisahan-Nya dari Kalayu, melalui Kutugan adalah jalan yang diambil, dalam garis lurus, melalui Kebwan Ageng dengan cepat. Segera mereka tinggal di Kambang Rawi, sebuah dharma (wilayah keagamaan) terkemuka, tempat tinggal Sugata (Buddha), ornamennya indah, mengesankan, anugraha Pangeran (hibah) untuk apatih (vizir) pu (Sir) Nala yang terhormat, luar biasa (Pigeaud, 1960:34).
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk disebutkan pula dalam Nagarakrtagama pupuh 31 dengan nama lain Aryya Wira Maṇḍalika yang menjabat sebagai Rakryan Tumenggung di daerah Kambangrawi yang disinggahi oleh rombongan Hayam Wuruk (Robson, 1995). Wira Mandalika yang berarti Panglima Mandala merupakan gelar jabatan yang mewujudkan sifat keberanian di medan perang.
Dalam Bahasa Sansekerta Wira Mandalika itu berasal dari kata Wira dan Mandalika (Yamin, 1962:122). Wira berarti orang berani atau pahlawan perang sedangkan Mandalika berarti wilayah. Jadi Wira Mandalika adalah seseorang yang memiliki sifat keberanian di medan perang atau seorang Panglima Mandala yang utama.
Penulis: Chorida Nurul Fatonah (Pascasarjana Ilmu Sejarah UGM)
Leave a Reply