Fakta atau Mitos Salah Satu Penyebab Keruntuhan Majapahit Karena Bencana Alam?

Terasikip.com - Kenapa Majapahit Runtuh: Bencana Alam, Fakta atau Mitos?

Terasikip.com – Kenapa Majapahit Runtuh: Bencana Alam, Fakta atau Mitos? Majapahit setelah keruntuhannya, banyak hal yang terjadi terhadap beberapa situs milik majapahit. Ada yang hancur karena erosi dan ada juga yang tertimbun dibawah lapisan tanah. Beberapa situs yang tertimbun tanah tersebut adalah candi tikus, candi gentong, dan kompleks pemukiman. Candi-candi tersebut tertimbun dibawah lapisan tanah antara 1-2 meter. Alasan tertimbunnya beberapa situs yaitu disebabkan posisi Majapahit terletak di ring of fire atau lingkaran cincin api yaitu terdapat banyak gunung api yang masih aktif. Letusan masa lalu membawa dampak terhadap situs-situs peninggalan Majapahit.

Setelah Majapahit mengalami keruntuhan dan mulai ditinggalkan, banyak situs yang sudah lagi tidak terurus. Ditambah lagi karena adanya air bah atau banjir yang membawa lumpur endapan dari atas gunung. Dikarenakan tidak adanya penampungan atau tandon alami dari atas gunung tersebut, akibtanya jika hujan di daerah gunung, maka berakibat air akan jatuh kebawah melalui sungai-sungai. Air sungai tersebut membawa lumpur endapan yang dalam skala besar dan secara kontinyu terjadi berates-ratus tahun.

Majapahit terletak di beberapa gunung yang berada di sebelah selatan membujur kearah tenggara. Dari paling selatan yaitu kompleks Anjasmoro, kemudian sebelahnya lagi yaitu gunung Welirang, di susul gunung Arjuno yang terletak di samping dan menjorok kebelakang, dan yang paling tenggara adalah gunung Penanggungan. Dalam beberapa penelitian menyebutkan ibukota Majapahit terletak di daerah Trowulan seperti yang telah dijelaskan di sub bab 1.

Menurut penelitian Dr. W. Buell Evans, PhD (1961: 37-38) dalam penelitiannya yang berjudul “Tinjauan Mengenai Iklim di Djawa” menjelaskan bahwa wilayah Trowulan memiliki hujan tropis dengan musim panas yang kering. Menurut klarifikasi koppen termasuk dalam tipe iklim Aw. Iklim seperti ini ditandai dengan perbedaan bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering yang tegas. Kemudian Sampurno dan Bandano (1930: 10) dalam penelitian geologinya yang berjudul “Peranan Geologi dalam Pertumbuhan dan Kehancuran Kerajaan-kerajaan Lama di Jawa, dengan Contoh Kerajaan Majapahit” mengenai daerah ini menemukan bahwa:

“Tanah yang membentuk pusat wilayah kerajaan Majapahit umumnya terdiri dari pasir halus yang bersifat lepas, dan hanya kadang-kadang tersemen. Sering mengandung sisipan kerikil tipis. Pada permukaannya pasir ini melapuk menjadi tanah laterit kecoklatan dengan ketebalan sekitar 0,5 – 1,00 meter” (Arifin, 1983: 65).

Baca juga:  Animesail dan Samehadaku Jadi Alternatif Nonton Anime, Tapi..

Dikarenakan keadaan alam di sekitar daerah Trowulan, ditambah lagi dengan iklim yang seperti itu, menyebabkan daerah tersebut sering kebanjiran pada musim hujan dan kekurangan air pada musim kering atau kemarau. Penelitian oleh Karina Arifin ini meperkuat dugaan peneliti, jika situs yang terkubur dikarenakan adanya banjir dan endapan lumpur. Bukti lain juga akan peneliti lampirkan di bagian lampiran tentang berupa foto lapisan tanah sedimen di sekitar area situs candi Gentong dan Pemukiman.

Menurut Bapak Didik Purbandrio selaku sejarawan di PIM (Pusat Informasi Majapahit) yang berada di Trowulan menjelaskan bahwa tertimbunnya beberapa situs tersebut karena adanya endapan dari banjir yang berasal dari gunung sekitar majapahit. Banjir tersebut melewati beberapa sungai yang berada di sekitar Majapahit, salah satu contohnya adalah sungai brangkal. Kemudian menurut beliau lagi, majapahit dulunya memiliki system pengolahan air yang sangat bagus. Kerajaan majapahit sudah bisa memprediksikan jika lingkungan kerajaan akan terkena banjir. Dibuktikan dengan adanya prasasti Kelagen (1037 M) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Prasasti ini menunjukkan bbagaimana Airlangga berusaha mengatasi banjir di Kali Brantas yang senantiasa melanda daerah Waringin Pitu (Stein Calenfels dan Van Vuuren 1924: 68-70; Wirjosuparto 1958).  Maka dibuatlah beberapa cekungan yang berguna untuk menampung air tersebut agar bisa meminimalisir bencana banjir dan juga agar bisa memanfaatkan air tersebut untuk kehidupan sehari hari dikala musim kering tiba.

Setelah majapahit runtuh cekungan tersebut sudah tidak lagi terurus dan mulai ditinggalkan terbengkalai, akibatnya banyak cekungan yang sudah tertimbun. Salah satu cekungan yang masih ada adalah di depan kantor museum Trowulan. Bukti bahwa beberapa situs yang tertimbun dikarenakan banjir bah adalah ditemukannya lapisan sedimen saat penggalian situs. Penemuan struktur situs adalah saat penggalian sekitar 1-2 meter yang menembus lapisan sedimen. Bukti lain yaitu saat peneliti mencoba untuk mendatangi beberapa situs yang masih terlihat lapisannya yaitu situs candi gentong dan situs pemukiman. Dapat terlihat di lapisan tanah yang masih tersisa terdapat lapisan lapisan sedimen berupa pasir dan lumpur.

Proses Terjadinya Banjir yang menghancurkan Kerajaan Majapahit

Proses terjadinya hujan di atas gunung atau biasa disebut hujan orografis (Fatma, 2016) yaitu dapat dipaparkan dalam beberapa tahapan. Tahapan- tahapan ini dapat dipaparkan secara urut atau kronologi. Kronologi terjadinya hujan orografis dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama yaitu di daerah pegunungan terdapat udara yang mengandung uap air disekitar pegunungan tersebut, kemudian muncullah angin fohn yang ada di sekitar wilyah gunung itu yang menyebabkan udara yang mengandung uao air akan bergerak ke atas pegunungan hingga semakin tinggi di puncak gunung. Semakin tinggi uap air yang dibawa oleh angin tersebut maka akan terjadi pengembunan atau kondensasi. Semakin lama embun tersebut akan membentuk awan hitam atau biasa disebut titik-titik air. Setelah itu, titik-titik air yang berada di atas akan mengalami kejenuhan sehingga awan hitam tersebut yang berisi air tidak dapat menahannya dan menurunkan kandungan air itu terjun bebas ke wilayah pegunungan dan akan mengalir melewati sungai.

Baca juga:  Pu Nala Bangsawan Majapahit yang Namanya Abadi Hingga Kini

Dalam skripsi dari Karina Arifin dijelaskan bahwa proses terjadinya banjir yang terjadi adalah melewati sungai. Seperti yang dipaparkan diatas, hujan diatas gununglah yang menyebabkan benjir di kerajaan Majapahit. Di sebelah barat kerajaan Majapahit mengalir kali Gunting. Alirannya menuju ke utara dan bermuara di kali Brantas. Kali Gunting memperoleh air dari beberapa anak sungai yang bersatu di Utara Mojoagung. Kali-kali tersebut adalah Kali Kepiting, kali kasri, kali Banyu Urip. Kali Gondang, dan Kali Jarak. Semua aliran kali tersebut mengarah kea rah barat laut sehingga tidak melalui kerajaan Majapahit yang berada di utara (Arifin, 1983: 59). Untuk penyebab banjir di Ibukota Kerajaan Majapahit yaitu melewati Sungai Brangkal. Sungai Brangkal ini mendapat pasokan air dari beberapa sungai yaitu kali Jurang Celot, Kali Boro, Kali Landean dan kali Pikatan.

Kali Jurang Celot merupakan sungai yang berada di Gunung Anjasmoro. Sungai ini merupakan jalur utama untuk mengalirkan air dari atas gunung jika terjadi hujan. Hulu dari sungai ini terletak di Gunung Gentong Gowak dan memiliki tebing yang curam. Sungai ini mengalir lurus ke utara dan mulai memecah menjadi Kali Boro. Kemudian kali Boro yang berada di Jatiombo bersatu dengan aliran kali Landean. Dalam jurnal penelitiannya Sampurno dan Bandono (1980: 6) yang berjudul “Peranan Geologi dalam Pertumbuhan dan Kehancuran Kerajaan-kerajaan Lama di Jawa, dengan Contoh Kerajaan Majapahit” menjelaskan bahwa terdapat banyak ditemukan teras-teras sungai yang menunjukkan bahwa hulu Kali Brangkal dahulu pernah menunjukkan pola aliran sungai teranyam. Pengertian dari aliran sungai teranyam adalah sungai yang terdapat pada daerah datar dengan energi arus aliran airnya lemah dan batuan disekitarnya lunak. Sungai tipe ini bercirikan debit air dan pengendapan sedimennya tinggi. Daerah yang rata menyebabkan aliran dengan mudah berbelok karena adanya benda yang merintangi aliran sungai utama.

Baca juga:  Operasi Market Garden, Ketika Ujian Berada di Ujung Jembatan

Kali pikatan berhulu di gunung Anjasmoro dan mengalir ke utara melewati sepanjang punggung gunung. Kemudia kali ini bermuara di kali Brangkal, yaitu sekitar Dinoyo (Arifin, 1983: 60). Kemudian kali Brangkal meneruskan aliran dari Kali Pikatan dan kali Landean menuju ke Utara yang melewati Kawasan Ibukota majapahit. Kali Brangkal  yang berada di desa Domas, aliran sungainya melebar dan terdapat palung yang sangat lebar dab landau, sehingga, membentuk cekungan alamiah yang luas. Cekungan ini oleh Maclaine Pont disebut sebagai waduk Domas (Arifin, 1983: 61). Kemudian Maclaine Pont juga mengemukakan jika waduk ini berfungsi untuk menampung air kali Brangkal. Kali Brangkal sendiri dianggap sebagai terusan banjir. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Sampurno dan bandano (1980: 11) sifat aliran kali Brangkal adalah berpola teranyam yang menyebabkan aliran sungai itu sering berpindah-pindah. Biasanya perpindahan aliran sungai ini di ikuti dengan banjir, kikisan dan pengendapan di tempat-tempat baru. Karena hal tersebutlah alasan situs-situs candi yang berdekatan dengan daerah aliran Kali Brangkal itu terpendam oleh endapan sedimen yang disebabkan oleh banjir yang membawa pasir dan batu kerikil.

Lampiran: Bukti Foto Beberapa Situs yang Terpendam

Daftar Pustaka

Arifin, K. (1983). Waduk dan Kanal di Pusat Kerajaan Majapahit Trowulan – Jawa Timur. Skripsi, 65-66.

Evans, W. B. (1961). Tinjauan Mengenai Iklim di Djawa. MIBI, 36-40.

Fatma, D. (2016, Mei 28). Hujan Orografis. Retrieved from Ilmu Geografi: Pengertian, Proses, Manfaat, dan Dampaknya: https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/hujan-orografis

Sampurno, & Bandono. (1980). Peranan Geologi dalam Pertumbuhan dan Kehancuran Kerajaan-kerajaan Lama di Jawa, dengan Contoh Kerajaan Majapahit. Makalah, 10.

Stein Callenfels, P. V. (1924). Bijdrage tot de Topografie van Residentie Soerabaia in de 14e Eeuw. TKNAG, 67-81.

Wirjosuparto, S. (1958). Apa Sebabnya Kediri dan Daerah Sekitarnya Tampil Kemuka Sejarah. Laporan KIPN-I,V, 59-122.

Kenapa Majapahit Runtuh. Info Kenapa Majapahit Runtuh. Ini soal Kenapa Majapahit Runtuh. Jika Kenapa Majapahit Runtuh. Maka Kenapa Majapahit Runtuh. Sebab Kenapa Majapahit Runtuh. Pokok Kenapa Majapahit Runtuh. Kenapa Majapahit Runtuh.