Augmented Reality: Jendela Baru untuk Menjelajahi Sejarah Kediri

Augmented Reality History Site
Augmented Reality History Site

Terasikip.com – Komunitas Pelestari Sejarah dan Kebudayaan Kediri (PASAK) kini memiliki alat baru untuk mempromosikan dan melestarikan situs-situs budaya di kota ini. Sebuah tim peneliti berhasil mengembangkan aplikasi Augmented Reality History Site (ARHS) yang memungkinkan pengguna untuk secara virtual menjelajahi situs-situs bersejarah seperti Situs Totok Kerot, Situs Adan-Adan, Candi Tegowangi, dan Candi Surowono.

Aplikasi yang digagas oleh Surya Desismansyah Eka Putra, ketua Tim Peneliti Universitas Negeri Malang, ini memanfaatkan teknologi Augmented Reality (AR) untuk menghadirkan visualisasi tiga dimensi dari situs-situs tersebut langsung di perangkat seluler pengguna. Dengan mengarahkan kamera ponsel ke penanda (marker) yang telah dipasang di lokasi situs, pengguna dapat melihat rekonstruksi virtual dari bangunan candi, relief, atau artefak lainnya, seolah-olah benda-benda tersebut masih utuh dan berada di tempat aslinya.

“ARHS tidak hanya sekedar menampilkan gambar statis, tetapi juga memberikan informasi sejarah yang mendalam tentang setiap situs,” ujar Mas Jeje, perwakilan Komunitas PASAK. “Dengan begitu, masyarakat, terutama generasi muda, dapat lebih mudah memahami dan menghargai warisan budaya yang dimiliki Kota Kediri.”

Manfaat ARHS

Mempromosikan Situs Budaya: ARHS menjadi media promosi yang menarik dan interaktif untuk memperkenalkan situs-situs budaya Kediri kepada masyarakat luas.

  • Pendidikan Sejarah: Aplikasi ini dapat dijadikan alat bantu belajar sejarah bagi siswa dan masyarakat umum.
  • Pelestarian Budaya: Dengan memvisualisasikan kembali situs-situs yang rusak atau hilang, ARHS turut berkontribusi dalam upaya pelestarian budaya.
  • Pariwisata: ARHS berpotensi meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi situs-situs budaya di Kediri.
  • Tantangan dan Harapan

Meskipun telah berhasil dikembangkan, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti keterbatasan jaringan internet di beberapa lokasi, serta pengembangan konten yang lebih beragam dan interaktif. Selain itu, aplikasi ini masih dalam proses pendaftaran di google apps store, agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas. Namun, tim peneliti optimis bahwa ARHS dapat terus dikembangkan dan menjadi contoh sukses pemanfaatan teknologi untuk pelestarian budaya.

“Kami berharap ARHS dapat menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas lain untuk memanfaatkan teknologi dalam melestarikan warisan budaya mereka,” tambah Surya Desismansyah Eka Putra.

ARHS adalah aplikasi hasil pengembangan dari penelitian yang didanai oleh Dana Internal Universitas Negeri Malang tahun anggaran 2024 yang bekerjasama oleh tiga pihak terkait yaitu Universitas Negeri Malang, Komunitas PASAK Khadiri, dan Paraduta Scientia selaku vendor pembuat aplikasi.