Terasikip.com – Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jauh saat sebelum kereta api awal kali terbuat pada abad ke 19, Raja Kediri, Jayabaya, telah meramalkan: Jawa hendak berkalung besi. Pada abad ke- 20, apa yang dikatakan Jayabaya serta dipercaya warga Jawa itu betul betul terjadi.
Jaringan kereta api di Pulau Jawa sangat pesat. Nyaris di tiap sudut pulau ini, dari ujung barat sampai timur tersambung oleh rel kereta api. “Kalung besi” itu tidak hanya buat menolong mobilisasi massa, pula buat mengisap sebanyak banyaknya hasil bumi.
Panjang totalitas rel kereta api di Jawa, bagi Th. Meter. B. Van Marle dalam “De Ontwikkeling van de Spoor-en Tramwegen in Nederlandsch Indie” (1914), menggapai 4. 486 km.
Tulisan yang ada dalam laporan gelaran Koloniale Tentoonstelling yang membahas tentang sejarah perkeretaapian di Hindia Belanda dan capaian- capaian 18 industri operator kerata api—baik kepunyaan negeri ataupun pertikelir—di Pulau Jawa, Madura serta Sumatra.
Tujuh Stasiun Tertua di Indonesia
Dari sekian banyak stasiun kereta api, tentu bangunan-banungan itu punya sejarahnya masing-masing. Lalu stasiun ama saja yang paling tua di Indonesia? Yuk baca ulasan di bawah ini.
Stasiun Tambaksari (1864)
Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Stasiun Tambaksari di kota Semarang, Jawa Tengah, ini awal kali dibentuk pada bertepatan pada 16 Juni 1864 serta ditetapkan oleh Jenderal Baron Sloet van de Beele. Buat pengoperasian rute keretanya, pemerintah Belanda menunjuk Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Salah satu markas NIS saat ini diketahui dengan nama Gudang Lawang Sewu. Pada bertepatan pada 10 Agustus 1867, suatu kereta meluncur awal kalinya di stasiun ini.
Stasiun Semarang Tawang (1868)
Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Stasiun ini ialah stasiun induk di Tanjung Mas, Semarang Utara yang melayani kereta api eksekutif serta bisnis. Kereta api ekonomi tidak boleh singgah di stasiun ini. Stasiun Semarang Tawang ialah stasiun kereta api bersar tertua di Indonesia sehabis Semarang Gudang. Stasiun ini ditetapkan pada bertepatan pada 19 Juli 1868 buat jalan Semarang Tawang ke Tanggung. Jalan ini memakai lebar 1435 milimeter. Pada tahun 1873, jalan keretanya diperpanjang sampai Stasiun Solo Balapan serta bersinambung sampai Stasiun Lempuyangan di Yogyakarta.
Stasiun Lempuyangan (1872)
Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Stasiun Lempuyangan ialah stasiun yang terletak di kota Yogyakarta. Stasiun ini didirikan pada bertepatan pada 2 Maret 1872 serta melayani pemberhentian seluruh kereta apai ekonomi yang melintasi Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur ialah perbatasan antara Kecamatan Gondokusuma di utara serta Danurejan di selatan.
Stasiun Ambarawa (1873)
Saat ini memanglah orang tidak lagi memahami Stasiun Ambarawa sebab saat ini sudah diganti jadi Museum Kereta Api Ambarawa. Posisinya di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Museum ini mempunyai kelengkapan kereta api yang sempat berjaya pada zamannya.
Salah satu kereta api uap dengan lokomotif no B 2502 serta B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen hingga saat ini masih bisa melaksanakan kegiatan selaku kereta api wisata. Kereta api uap bergerigi ini sangat unik serta ialah salah satu dari 3 kereta uap bergerigi yang masih tersisa di dunia. 2 di antara lain terletak di Swiss serta India.
Stasiun Kedungjati (1873)
Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Stasiun ini terletak di Kedungjati, Grobogan. Stasiun ini terletak di ketinggian+36m dari permukaan laut serta terletak di Wilayah Pembedahan 4 Semarang. Stasiun ini ditetapkan pada bertepatan pada 21 Mei 1873. Arsitekturnya mirip dengan Stasiun Willem I di Ambarawa. Pada tahun 1907, Stasiun Kedungjati yang tadinya dibentuk dari kayu diuba h ke bata berplester dengan kedudukan berkonstruksi baja dengan atap dari seng setinggi 14, 65 centimeter.
Stasiun Solo Balapan (1873)
Stasiun yang satu ini ialah stasiun induk di Kestalan serta Gilingan, Banjarsari, Surakarta yang menghubungkan kota Bandung, Jakarta, Surabaya, dan Semarang. Stasiun ini didirikan oleh jaringan kereta api masa kolonial NIS pada abad ke- 19.
Stasiun Purwosari (1875)
Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Stasiun Purwosari ialah stasiun kereta api yang terletak di Jalur Slamet Riyadi Nomor 502, Purwosari, Surakarta. Stasiun ini terletak di Wilayah Pembedahan 6 Yogyakarta. Stasiun ini ialah stasiun tertua di Surakarta yang dibentuk oleh NISM.
Jejak Peninggalan Stasiun Kereta Api di Indonesia
Sejarah kereta api di Indonesia bermula di Semarang, kota pelabuhan di Jawa Tengah yang sering dilimpahi hasil bumi dari beberapa wilayah di sekitarnya. Saat sebelum hasil bumi itu dikapalkan, ongkos angkut dari kebun ke pelabuhan, paling tidak lebih dari 1 gulden.
Ongkos angkut itu tidak jarang membesar. Sempat peristiwa ongkos naik dari Kedu ke Semarang bertambah dari 1.50 gulden per pikul pada 1835 jadi 3.30 gulden per pikul pada 1840. Ongkos itu sangat besar serta tidak terdapat jaminan benda hingga pas waktu. Tidak heran bila kapal kapal wajib menanti 3 hingga 5 bulan sampai muatan penuh serta siap buat diperdagangkan.
Dekat tahun 1860, kebutuhan hendak moda angkut yang lebih baik sangat menekan, terlebih di Vorstenlanden (daerah kerajaan) terjalin kenaikan besar besaran komoditas perkebunan, paling utama gula.
Di tahun yang sama, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda juga mengirim Insinyur Stieltjes buat menyelidiki mungkin dibangunnya jaringan kereta api di Pulau Jawa. Pada tahun 1862 suatu konsesi diberikan Pemerintah Kolonial kepada Nederlandsche Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Industri partikelir itu diizinkan buat membangun rel kereta api dari Semarang ke Solo serta Yogya, dengan percabangan ke arah Ambarawa—demi mobilitas militer.
NIS pula beroleh konsesi membangun jalan kereta api dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (saat ini Bogor). Dengan bermacam perkaranya, tercantum gempa bumi sampai bayaran membesar, pada 10 Agustus 1867, pas hari ini 155 tahun silam, NIS meresmikan layananan kereta api pertamanya dari Semarang mengarah Tanggung, suatu desa yang saat ini masuk daerah Kabupaten Grobogan.
Jalan yang membentang sepanjang 25 km ini mempunyai sebagian pemberhentian, antara lain Stasiun Alas Tuwa serta Stasiun Brumbung. Jalan itu merupakan tonggak dini sejarah perkeretaapian Indonesia.
Stasiun Awal Mengacu pada buku berjudul Sejarah Perkeretaapian Indonesia (1997) yang disusun Regu Telaga Bakti Nusantara, stasiun awal di Semarang merupakan Kemidjen (Kemijen). Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) apalagi memajang papan nama Kemidjen buat mengabadikannya.
Tahun 2008, hasil studi para pelestari perkeretaapian Indonesia yang tergabung dalam Indonesian Railways Preservation Society (IRPS) memiliki komentar lain.
Dikutip dari Tirto, Ir. Tjahjono Rahardjo, akademisi Universitas Soegijapranata serta salah satu pegiat di IRPS Semarang yang turut merekonstruksi jejak stasiun awal di Indonesia mengatakan bahwa keraguan pihaknya didasarkan pada 3 hal.
Pertama, gimana bisa jadi stasiun awal yang begitu berarti diberi nama suatu desa (Kemijen). Kemudian memandang pada gambar yang ditampilkan di buku tersebut, bangunannya tidak terlihat semacam bangunan stasiun, melainkan lebih mirip rumah sinyal. Terakhir, bukankah industri NIS yang membangun jalan KA awal itu?
“Namun foto yang ditampilkan itu adalah bangunan di jalur milik Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), bukan NIS,” ujar Ir. Tjahjono Rahardjo.
Bersama 2 Rekan IRPS Semarang—Karyadi Baskoro serta Dede Herlambang—juga dorongan analisa peta- peta kuno dari seseorang kawan dari Jerman, Stevan Mattheus, Tjahjono akhirnya sukses menciptakan kembali koordinat GPS dari Stasiun Semarang.
Tjahjono sesungguhnya tidak menyangka hendak menciptakan sisa bangunan stasiun yang bagi sejarah sudah dibongkar pada tahun 1914 buat setelah itu dibentuk stasiun baru yang lebih dekat dengan kawasan kota, yang saat ini diketahui selaku Stasiun Semarang Tawang.
Tjahjono yang juga bagian dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Semarang itu menerangkan bahwa di situ ia berjumpa dengan Pak Ramlan serta Pak Masno Hadi. Keduanya ialah eks masinis PT. Kereta Api Indonesia (KAI), serta menampilkan sisa-sisa bangunan dari stasiun awal di Indonesia itu. “Beliau tentunya paham betul karena masih mengoperasikan rangkaian kereta menuju ke pelabuhan saat jalur masih aktif”, tambah Tjahjono.
Situsnya saat ini sudah dipetak- petak jadi rumah serta tenggelam sedikitnya 3 m sebab parahnya penyusutan tanah di kawasan utara Kota Semarang. Ditilik dari Konsol-konsol tembaga, wujud ventilasi, serta kusen- kusen yang tersisa sama persis dengan arsip potret- potret kuno stasiun. Perihal tersebut memantapkan kalau bangunan inilah Stasiun Samarang kepunyaan NIS, stasiun kereta api awal di Indonesia.
Sejarah Stasiun Kereta Api di Indonesia. Bila Stasiun Semarang NIS kondisinya nyaris susah dikenali selaku stasiun kereta api, hingga Stasiun Tanggung kebalikannya. Stasiun kereta api yang terletak di Desa Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan ini masih aktif. Masih jadi pengatur arus kemudian lintas kereta api—baik arah Solo ataupun arah Jawa Timur. Tidak heran bila stasiun masih terdapat.
Bangunan Stasiun Tanggung yang tersisa saat ini merupakan hasil rombakan tahun 1910. Bukan lagi bangunan yang terbuat semenjak 1867, kala jalan kereta api Semarang- Tanggung ditetapkan. Stasiun yang terletak di ketinggian 20 m di atas permukaan laut ini, cuma selaku stasiun pengatur kemudian lintas kereta api serta bukan buat naik- turun penumpang.
Di timur stasiun, berdiri tugu dengan riasan roda kereta api bersayap, yang ialah lambang dari NIS selaku indikator dari tonggak dini dunia perkeretaapian Indonesia.
1 Comment