Chairil Anwar dalam Satu Abad dan Monumennya di Kota Malang

Chairil Anwar dalam Satu Abad dan Monumennya di Kota Malang
Patung Chairil Anwar di kawasan Kayutangan, Kota Malang, Jawa Timur (Jatim). | Foto: Republika

Terasikip.com – Chairil Anwar dalam Satu Abad dan Monumennya di Kota Malang. Siapa yang tidak tahu Chairil Anwar? Dialah sastrawan Indonesia yang nyaris sebagian besar warga mengenali namanya.

Kehebatan Chairil Anwar tampaknya tidak cuma terdengar di Jakarta sebagai pusat negeri. Penyair yang lahir pada 26 Juli 1922 ini pula muncul di Kota Malang. Salah satunya lewat kedatangan patung Chairil Anwar yang terletak di kawasan Kayutangan, Kota Malang.

Bersumber pada pengamatan Republika, arca Chairil Anwar terletak di dekat Gereja Paroki Hati Kudus Yesus. Tempat yang diketahui dengan Gereja Kayutangan ini tercantum yang sangat tua di antara gereja yang lain di Malang. Sedangkan itu, patung Chairil Anwar dikala ini jadi tempat putaran kendaraan di Kota Malang.

Sejarawan asal Malang, FX Domino BB Hera berkata, arca Chairil Anwar di Kota Malang didirikan dekat 1955.” Salah satu inisiatornya adalah Pak Achmad Hudan Dardiri,” ucap laki- laki yang biasa disapa Sisco ini dalam aktivitas dialog, beberapa waktu lalu.

Pada mulanya, posisi yang jadi arca Chairil Anwar cuma tempat ataupun halaman putaran biasa. Suatu titik yang terletak di depan gereja yang dibentuk pada 1905.

Bila memandang gambar lawas pada 1935, hendak nampak atmosfer Malang tempo dahulu. Pada tahun tersebut, masih hendak nampak beberapa pedati yang lalu- lalang di jalur tersebut. Suasana tersebut jelas berbeda dengan Kota Malang dikala ini yang penuh dengan kendaraan mobil ataupun motor.

Baca juga:  Kejari Kabupaten Malang Bakal Resmikan 31 Rumah Restorative Justice

Sekitar 1947, titik tersebut masih jadi tempat yang sama. Lebih utamanya jadi saksi dikala pasukan marinir Belanda tiba dari arah Lawang buat memahami Malang lewat agresi militer awal. Titik tersebut masih jadi tempat ataupun halaman putaran jalur.

Seluruh keadaan tersebut berganti kala merambah 6 September 1948. Dikala itu, sebelah kiri halaman dihias sedemikian rupa buat memperingati 50 tahun atas bertahtanya Ratu Wilhelmina.” Juga menjadi momentum yang sama karena diganti oleh putrinya, Ratu Yuliana,” jelas Sisco.

Perayaan itu dapat terjalin lantaran Malang dipahami oleh Belanda. Seragam dengan Surabaya, Malang juga wajib memperingati perihal sama. Tetapi selang 7 tahun setelah itu, posisi tersebut malah ditukar buat jadi tempat dari arca Chairil Anwar. Seorang yang sukses mengganti peta sastra di Indonesia tercantum Kota Malang.

Bagi Sisco, patung Chairil Anwar formal didirikan pada 28 April 1955. Dikala itu, tidak cuma Hudan Dardiri yang ialah guru bahasa di SMAN 1 Malang yang muncul. Tetapi Wali Kota Malang, M. Sardjono pula turut mendatangi aktivitas tersebut.

Pada awal mulanya, letak patung masih satu tingkat dengan jalan. Berbeda dengan lebih dahulu, dikala ini patung Chairil Anwar ditinggikan lebih satu tingkat dari jalur. Tidak hanya itu, pula diberikan tembok kecil semacam pagar pembatas antara jalan serta patung.

Baca juga:  Pernikahan Dini di Malang Meningkat, Dosen HKN UM Lakukan Pencegahan dengan Cara Ini!

Bersumber pada catatan sejarah, patung diabadikan ketika Malang memeringati hari Chairil Anwar. Aktivitas ini dipandu langsung oleh kritikus sastra Indonesia, HB Jassin. Bertepatan dengan aktivitas ini pula terdapat kegiatan sayembara sajak, sandiwara serta lain- lain.

Bila memandang perihal ini, hingga yang jadi persoalan merupakan apakah Chairil Anwar betul- betul sempat mendatangi Malang? Bagi Sisco, jejak Chairil Anwar di Malang bisa dilihat dari 2 sajaknya yang bertajuk” Sorga” serta” Doea Sadjak Boeat B. Resobowo”. Kedua puisi ini ditulis di Malang pada 1947.

Sisco berkata, konteks sajak yang ditulis oleh Chairil Anwar lebih ke perasaan meringik. Alasannya, pembuatan sajak tersebut diciptakan dalam atmosfer kebatinan Persidangan Tubuh Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat( KNIP) di Malang. Aktivitas ini berlangsung 25 Februari sampai 5 Maret 1947.

Perihal tersebut menunjukkan Chairil menulis sajak di tengah- tengah perhelatan sejarah nasional.” Mengapa sejarah nasional? Sekurangnya terdapat 2 alibi. Awal, momentum menyetujui ataupun tidaknya Perjanjian Linggarjati kemudian mulai menajamnya kekuatan politik kiri serta kanan di Indonesia menjelang peristiwa Madiun 1948. Jadi ini ialah momentum sejarah revolusi Indonesia,” ucapnya.

Dengan terdapatnya arca Chairil di Kota Malang, Sisco menegaskan, ini sesungguhnya tidak cuma berperan selaku putaran jalur. Tetapi ini jadi semacam penyemangat dari para sastrawan yang lahir dari Malang. Apalagi, dikala ini tempat tersebut acap dijadikan posisi aktivitas sastra buat warga setempat.

Baca juga:  Demi Telusuri Jejak Desa Pancasila Masa Orde Baru Peneliti Sejarah UM Melakukan Riset di Blitar

Tentang Perintis Patung Chairil

Pada penjelasan lebih dahulu disebutkan kalau Achmad Hudan Dardiri ialah salah satu perintis patung Chairil Anwar di Kota Malang. Kemudian siapakah wujud tersebut sehingga mempunyai kemauan buat membangun patung Chairil?

Cucu Hudan Dardiri, Roesdan S. A. P berkata, kakeknya semasa hidup mempunyai peranan berarti buat Indonesia. Almarhum semasa muda pernah turut berjuang bersama Tentara Republik Indonesia Pelajar( TRIP). Saat sebelum perjuangan berakhir, ia pula berkecimpung di bidang pembelajaran sehingga pernah mengajar di SMAN 1 Malang serta jadi kepala sekolah di sekolah lain.

Hudan Dardiri pula sempat mengabdi di bidang pemerintahan. Tercatat, Hudan Dardiri pernah jadi Wali Kota Pasuruan serta Bupati Jombang di masa dulu sekali.” Beliau juga penikmat, pencinta, pelaku seni dengan fokus sajak, prosa dan sedikit lukisan,” jelasnya.

Roesdan teringat sempat berbincang secara mendalam dengan almarhum kakeknya. Untuk almarhum, perjuangan itu tidak wajib dicoba dengan raga ataupun angkat senjata. Perjuangan pula dapat dicoba dengan metode lain semacam sastra ataupun jurnalisme. Perihal seperti itu yang membuatnya menggemari Chairil Anwar sehingga terdorong membangun patung di Kota Malang selaku metode mengenang kontribusi penyair.(sd)

Ali Bisri
Pelaksana Harian Terasikip.com