Milenial Sulit Miliki Rumah Impian di Masa Depan

Milenial susah miliki rumah
Foto: freepik.com

Terasikip.com – Milenial sulit miliki rumah. Belakangan ini, anak muda di Indonesia diresahkan dengan beberapa laporan dan survei tentang masalah finansial generasi milenial di masa depan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah tentang susahnya milenial untuk memiliki rumah impian.

Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada rentang tahun 1981 hingga 1996. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia dalam kategori usia ini mencapai 63,5 juta jiwa. Saat ini, generasi milenial berada pada usia produktif dan menjadi tumpuan perekonomian negara.

Credit Suisse Research Institute, lembaga keuangan asal Swiss pada tahun 2017 merilis Global Wealth Report. Laporan itu menyatakan bahwa generasi yang lahir pada periode 1981-1996 mengalami situasi yang kurang menguntungkan untuk menjadi kaya. Hal tersebut dikarenakan kondisi pasar yang buruk, kerugian modal akibat krisis keuangan global, banyaknya pengangguran pasca krisis, ketimpangan pendapatan, dan harga properti yang
meningkat.

Kondisi tersebut kian mengkhawatirkan pasca penyebaran Covid-19 yang mengakibatkan penurunan pendapatan dan ekonomi pada kelas menengah dan miskin di Indonesia. Catatan BPS menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan mengalami penurunan pendapatan. Golongan masyarakat paling terdampak adalah golongan yang pendapatannya kurang dari Rp1,8 juta. Sekitar 70,53% dari golongan ini mengaku bahwa pendapatan mereka mengalami penurunan. Kemudian disusul golongan masyarakat dengan pendapatan Rp1,8 juta hingga Rp3 juta. Sementara golongan menengah dengan pendapatan Rp3 juta hingga Rp4,8 juta dan Rp4,8 juta hingga Rp7,2 juta juga mengalami penurunan pendapatan bulanan hingga 37,19 % dan 31,67%.

Milenial susah miliki rumah
Milenial Semakin Susah Memiliki Rumah (Shutterstock).

Generasi milenial sulit miliki rumah nampaknya semakin nyata sebagai akibat dari bertambahnya jumlah usia produktif yang siap kerja dan semakin meningkatnya harga tanah dan properti.

Laporan Kompas.id tentang data penghasilan, zona nilai tanah, dan harga properti di kawasan penyangga Jakarta, menyatakan pekerja dengan UMP Jakarta hanya dapat menjangkau rumah kecil dengan harga Rp 168 juta didapatkan dari simulasi kredit dengan cicilan maksimum sebesar 35 persen dari gaji (Rp 1,5 juta), jangka waktu 15 tahun, dan bunga tetap 8 persen per tahun. Dari hitungan tersebut, harga rumah yang bisa dijangkau sekitar Rp 168-Rp 200 juta. Untuk pekerja bergaji Rp 7 juta atau cicilan Rp 2,5 juta per bulan, harga rumah yang terbeli
sekitar Rp 250-300 juta.

Laporan tersebut menjadi menarik karena rumah dengan harga Rp 168,8 juta adalah rumah harga terendah bertipe 36 yang ada di Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Sementara berdasarkan penelurusan Kompas.com, rumah dengan tipe yang sama di Jakarta berkisar dengan range harga 470 – 565 juta.

Untuk dapat membeli rumah, diperkirakan perlu waktu yang cukup lama bagi milenial. Hal itu pun jika tidak terjadi krisis ekonomi dan inflasi. Milenial sudah saatnya memahami pentingnya edukasi mengenai investasi properti. Ada berbagai ragam informasi yang saat ini dapat diakses di media sosial seputar investasi property. Hal ini setidaknya berguna untuk perencanaan keuangan masa depan.

Ahmad Fahmil Aziz
Pelaksana Harian Terasikip.com