Terasikip.com – Cerita Panji. Beberapa dari kamu mungkin tidak familiar atau tahu tentang Kisah Panji. Padahal cerita asli asal Indonesia ini menyebar hingga ke Asia.
Yuk simak penjelasan berikut agar kamu mengenal cerita ini.
Mengenal Cerita Panji
Cerita Panji merupakan kisah romantis klasik asli Bangsa Indonesia yang tak kalah dengan kisah-kisah romantis seperti Romeo dan Juliet. Menurut Henry Nurcahyo dalam bukunya “Memahami Budaya Panji” Cerita Panji adalah salah satu warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang diciptakan tanpa pengaruh unsur-unsur dari luar Nusantara.
Cerita ini secara resmi ditetapkan oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai “Ingatan Dunia” atau dikenal dengan Memory of the World (MoW) pada tanggal 31 Oktober 2017.
Ditetapkannya Cerita Panji sebagai Ingatan Dunia menambah jumlah MoW Indonesia yang sebelumnya sudah ditetapkan oleh UNESCO, antara lain Arsip-arsip Dutch East India Company (VOC) pada tahun 2003, Naskah I La Galigo tahun 2011, Naskah Babad Diponegoro tahun 2013, Nagarakretagama tahun 2013, dan Arsip-arsip Konferensi Asia Afrika tahun 2015
Cerita Panji adalah karya sastra yang lahir sebagai suatu refleksi terhadap perseteruan yang terjadi terus-menerus antara Kerajaan Jenggala dan Panjalu yang masing-masing rajanya masih bersaudara. Perseteruan berpuluh-puluh tahun yang terjadi pada kedua kerajaan tersebut menimbulkan keinginan untuk menyelesaikan permasalahan sehingga dibuatlah cerita ini.
Untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan kedua kerajaan, maka dibuatlah tokoh rekaan dan alur cerita yang menyatukan. Dipilihlah Raden Panji dan Dewi Sekartaji sebagai penjelmaan Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Penyatuan keduanya menjadi lambang penyelamatan dua kerajaan dari ancaman kehancuran. Beberapa ahli berpendapat bahwa cerita Panji merupakan kisah nyata antara putra mahkota dengan putri mahkota kerajaan. Meskipun masih terdapat perdebatan siapa tokohnya dan apa kerajaannya.
Pada intinya, Lydia Kieven seorang peneliti Panji menyebut bahwa cerita tersebut mengisahkan petualangan pangeran Panji putra mahkota Kerajaan Janggala untuk mendapatkan kembali tunangannya yaitu Galuh Candrakirana putri Kerajaan Panjalu. Aneka kisah dalam khazanah cerita Panji memiliki pola cerita yang sama.
Pola cerita tersebut seperti yang diungkapkan oleh Sejarawan Dwi Cahyono bahwa Cerita Panji memiliki pola-pola tertentu, yaitu tokohnya berupa kesatria, memiliki pola integrasi-distegrasi-reintegrasi atau ketemu-berpisah bertemu lagi dan mengalami siklus berulang, ada kesan bermusuhan tetapi bersatu, serta ada balada segenerasi tapi lintas generasi.
Cerita Panji dan Keistimewaannya
Beberapa keistimewaan Cerita Panji menurut Henry Nurcahyo.
- Merupakan budaya populer yang didokumentasikan dan dipublikasikan dalam berbagai bentuk media, yaitu naskah kuno, relief candi, tradisi lisan, sastra tulis, dan seni pertunjukan.
- Tidak hanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia, tetapi juga tersebar hingga Malaysia, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand. Bahkan di Thailand, buku cerita Panji ditulis oleh raja Thailand yaitu Raja Rama II dan dikenalkan kepada anak-anak di bangku sekolah. Menurut Poerbatjaraka tidak ada hasil kesusasteraan bersemangat Jawa yang penyebarannya di seluruh Kepulauan Nusantara menyamai penyebaran Cerita Panji. Bahkan menurut Bambang (2014) sangat dimungkinkan sastra Panji merupakan satu-satunya karya sastra Indonesia yang hingga saat ini paling banyak dipelajari oleh berbagai bangsa di dunia.
- Karya sastra klasik tingkat dunia yang asli berasal dari Indonesia khususnya Jawa Timur tanpa unsur gubahan dari budaya luar. Otentisitas cerita Panji tersebut merupakan bukti kreativitas bangsa Indonesia.
- Tidak hanya bercerita mengenai kisah percintaan saja, melainkan bercerita tentang filosofi mencari dan menemukan yaitu berusaha dengan keras tanpa menghiraukan rintangan bahkan dengan penyamaran demi menemukan apa yang diharapkan. Cerita ini juga menggambarkan tentang kesetiaan dan usaha keras untuk menjaganya.
- Kaya akan nilai-nilai universal seperti halnya sifat kepahlawanan, kemanusiaan, menjunjung peradaban, mengetengahkan etika pergaulan, dan diplomasi pergaulan.
- Ditetapkan sebagai Memory of The World (MoW) atau ingatan dunia oleh UNESCO, yang berarti keberadaannya sebagai peninggalan sejarah Indonesia diakui oleh dunia.
Kisah Panji
Secara ringkas gambaran Cerita Panji sebagaimana dikutip dari Zoetmulder dalam “Kalangwan, Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang” sebagai berikut.
Alkisah, terdapat empat kerajaan yang dipimpin oleh empat bersaudara yaitu Koripan atau Kahuripan (Janggala/Keling), Daha (Kadiri/Mamenang), Gegelang (Urawan), dan Singhasari. Pernikahan antara puta mahkota Koripan dengan putri Daha merupakan tema pokok bagi semua cerita Panji.
Sang pangeran biasanya disebut Raden Panji atau Raden Ino, tetapi selain itu masih diberi beberapa nama pribadi (Wira Namtani dalam Waseng, Makaradwaja dalam Wangbang Wideya, Nusapati dalam Malat, dan seterusnya); sang puteri biasanya disebut Raden Galuh (atau Candrakirana) dengan nama-nama pribadi seperti Amarahi Lara (Waseng), Warastrasari (Wangbang Wideya), dan Anrang Kesari (Malat).
Pada awal cerita mereka sudah bertunangan, tetapi sang putri menghilang dan Panji meninggalkan keraton untuk mencarinya. Masing-masing memakai nama-nama lain. Seringkali ia tinggal tak jauh dari kekasihnya, namun tanpa diketahui identitasnya. Kadang-kadang sang puterilah yang identitasnya lama tidak diketahui. Semua cerita berakhir dengan adegan kedua kekasih saling mengenali kembali, rakyat bersukaria, dan pesta pernikahan.
Cinta Panji bagi puteri Daha tidak merupakan halangan baginya untuk terlibat dalam petualangan asmara. Di lain pihak ia membuktikan kebolehannya dalam perang, bila dalam pencariannya itu ia mengembara sebagai seorang ksatriya bersama para pengikutnya dan menghancurkan keraton-keraton musuh satu per-satu; atau ia membela raja yang menampungnya ketika raja itu diserang oleh raja sebuah negara lain yang lamarannya ditolak.
Suatu ciri khas lain dalam kisah-kisah panji adalah para sahabat yang mengikuti tokoh-tokoh utama. Mereka semua para putra-putri para mantri di keraton. Mereka semua pernah dibesarkan bersama sang pangeran atau sang putri sebagai teman-teman dan sahabat-sahabat yang dapat dipercaya.
Mereka diutus dengan tugas-tugas rahasia dan memberikan nasihat. Komentar mereka dalam berbagai situasi sering penuh humor dan disini mereka memerlihatkan diri sebagai eksponen akal sehat, dalam reaksi-reaksinya mereka kelihatan tak begitu terkekang oleh norma-norma kaku yang mengatur kelakuan seorang bangsawan.
Para putri yang yang mengelilingi sang putri disebut Bayan, Sanggit, lalu sebagai abdi Pangunengan dan Pasiran. Panji selalu ditemani oleh Jurudeh, Punta, Prasanta, Kertala, dan kadangkadang beberapa kawan lain lagi. Mereka disebut Kadeyan.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa selain pola cerita Panji yang integrasi-distegrasi-reintegrasi, terdapat keterlibatan tokoh yang mengiringi Raden Panji dan Dewi Sekartaji. Sementara itu dalam beberapa cerita Panji terdapat tokoh perempuan yang bernama Anggraeni.
Anggraeni merupakan tokoh dari kasta lebih rendah yang dicintai Panji meskipun Panji sudah bertunangan dengan Sekartaji. Menanggapi hal itu, Anggraeni dibunuh agar tidak menghalangi cinta Raden Panji terhadap Sekartaji oleh ibundanya, dalam beberapa cerita yang membunuh Anggraeni adalah bibi Panji atau kakak Panji.
Leave a Reply